Wednesday, June 27, 2007

Fenomena Khadijah The True Love Story of Muhammad


“Wahai Nabi! Sesungguhnya Kami mengutusmu untuk menjadi saksi, pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan; dan untuk menjadi penyeru kepada (agama) Allah dengan izin-Nya dan sebagai cahaya yang menerangi. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang mukmin bahwa sesungguhnya bagi mereka karunia yang besar dari Allah.” (al-Ahzâb [33]: 45-47)
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.” (al-Ahzâb [33]: 56)
Kisah Khadijah, Ummul-Mu`minîn, selalu meninggalkan kesan yang mendalam. Seluruh umat Islam—tidak peduli sebesar apa pun perbedaan paham di antara mereka—mencintai Khadijah sepenuh hati. Betapa tidak? Ia adalah istri pertama Rasulullah saw., istri yang menjadi rekan pada saat-saat paling sulit dalam hidup beliau, istri yang selalu menawarkan cinta dan kasih sayang dalam kondisi apa pun.
Khadijah adalah seorang pedagang sukses. Muhammad, seorang pemuda yang kejujurannya terkenal ke seantero negeri, dipilihnya untuk menangani urusan-urusan perdagangan. Sebuah pilihan yang tepat. Sepasang suami istri dan partner yang berkepribadian mulia. Mereka berdua membangun bisnis di atas dasar keadilan dan kedermawanan. Tidak mengherankan jika usaha mereka berjalan dengan baik dan menghasilkan keuntungan yang besar.
Pasangan suami istri ini hidup bersama selama 15 tahun sebelum akhirnya Muhammad diangkat menjadi rasul. Mereka bahagia dalam hubungan pernikahan yang dilandasi oleh keikhlasan, rasa hormat dan rasa saling mencintai. Allah kemudian berkenan menganugerahkan anak keturunan yang saleh kepada mereka berdua. Dewasa ini, keturunan mereka bisa kita temukan dengan mudah di seluruh penjuru dunia.
Khadijah memiliki otak yang cerdas dan perilaku yang mulia. Dia juga memiliki ketabahan luar biasa —sesuatu yang memungkinkannya menghadapi segenap rintangan dan kesulitan tanpa mengeluh. Dia tak pernah mundur. Seluruh jiwa, raga, upaya dan harta bendanya dipersembahkan bagi perjuangan meretas jalan menuju tegaknya agama Islam.
Setiap kali Rasulullah mengalami penolakan, celaan, atau hinaan, Khadijah adalah orang pertama yang menghibur, menemani dan meyakinkan beliau. Itu terus berlangsung hingga akhirnya dia meninggal di usia 65 tahun, tepat 10 tahun sejak Muhammad diangkat menjadi rasul.
Masa-masa itu sungguh berat, tentu saja. Kekuatan fisik Khadijah semakin lama semakin menurun. Begitu juga kecantikannya. Tetapi ada sesuatu yang tidak pernah berubah di dalam dirinya: kekuatan spiritual dan kejernihan cinta. Dia selalu dan selamanya beriman kepada Allah serta meyakini kebenaran risalah suaminya.
Rasulullah tidak pernah menikah dengan perempuan lain di masa hidup Khadijah. Beliau menghormati istrinya ini dan tidak pernah mendua dalam cintanya. Begitu berarti Khadijah bagi beliau hingga tidak ada seorang pun yang bisa menggantikan posisinya.
Allah pun menghormati Khadijah. Suatu hari, malaikat Jibril mendatangi Rasulullah saw.. dan berkata, “Wahai Muhammad! Sebentar lagi, Khadijah akan membawakan makanan dan minuman untukmu. Kalau dia datang, sampaikan kepadanya salam dari Allah dan dariku.”
Rasulullah pun menyampaikannya. Khadijah menjawab dengan rasa syukur. Dia berkata, “Allahlah Pemelihara kedamaian dan Sumber segala damai. Salamku buat Jibril.”
Jawaban itu menunjukkan kecerdasan dan kesucian Khadijah. Dia mengagungkan Allah dan berdoa kepada-Nya agar dianugerahi kedamaian dan keselamatan. Dia juga berterima kasih kepada Jibril yang telah menyampaikan salam dari Allah itu kepadanya.
Dapat dibayangkan betapa tidak tertahankan tugas yang harus diemban Rasulullah jika Khadijah tidak berada di samping beliau. Khadijah berperan besar dalam menjadikan rumah tangga Rasulullah damai dan tenang. Karena itu Allah menjanjikan baginya sebuah rumah di surga yang terbuat dari permata, yang senantiasai diliputi kedamaian, yang steril dari kebencian dan permusuhan. Rasulullah bersabda,
أُمِرْتُ أَنْ أُبَشِّرَ خَدِيجَةَ بِبَيْتٍ مِنْ قَصَبٍ لاَ صَخَبَ فِيهِ وَلاَ نَصَبَ
“Aku diperintahkan untuk memberi kabar gembira kepada Khadijah bahwa akan dibangun untuknya di surga sebuah rumah dari permata; tak ada hiruk pikuk dan rasa lelah di sana.” (HR Bukhari, Muslim dan Ahmad)
Buku ini adalah sekumpulan pembahasan tentang Khadijah yang disaring dari sekian banyak literatur. Penulis bersyukur kepada Allah atas segala pertolongan dan petunjuk-Nya. Penulis juga berharap agar Allah menerima jerih payah ini dan menganugerahkan kebahagiaan dan ketenangan kepada siapa pun yang membacanya. Amin.
Kepada Allahlah segala urusan dikembalikan.